Disebuah perkampungan yang sangat kotor, tinggallah seorang anak
laki-laki yang bernama Bima . Dia murid Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Dia
hanya tinggal bersama ayahnya di gubuk yang sudah tak layak untuk ditempati.
Ayahnya bekerja sebagai pedagang asongan di jalan raya. Ibu dan kakaknya telah
meninggal dunia setelah bencana yang menimpa keluarganya 5 tahun yang lalu. Sebelumnya, mereka hidup sangat
berkecukupan. Tapi, semua telah berubah sangat drastis. Sekarang, untuk
membiayai sekolahnya ataupun makan sehari-hari terkadang cukup sulit.
Setiap pagi, ia harus berkeliling rumah untuk memberikan koran kepada
pelanggan-pelanggannya. Setelah itu, baru dia berangkat ke sekolahnya. Dia
harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah yang berjarak 1 km. Tak jarang ia
selalu terlambat masuk kelas, sehingga dia harus menerima hukuman dari guru
piket.Bima termasuk anak pintar di sekolahnya. Tetapi, Bima juga sering diejek
teman-temannya karena ayahnya hanya seorang pedagang asongan. Bima hanya pasrah
menerima kehidupannya sekarang dan sedikitpun tidak marah kepada
teman-temannya. Dia tetap rajin belajar, agar cita-citanya untuk menjadi
seorang Dokter Spesialis kelak bisa
tercapai. Setelah pulang sekolah, ia juga harus bekerja kembali membantu
ayahnya berjualan sampai sore. Wali Kelas Bima yang melihat Bima selalu diejek
oleh teman-temannya, merasa iba. Rasanya beliau ingin membantu Bima, tapi Bima
selalu menolak apa yang akan diberikannya. Bima hanya tidak ingin merepotkan
gurunya hanya karena kasihan melihat ia diejek teman-temannya. Dan ia tidak
pernah bercerita kepada ayahnya, bahwa setiap hari ia selalu diejek di sekolah.
Suatu hari saat ia membantu ayahnya berjualan, ia melihat seorang nenek tua
yang sedang merintih kelaparan. Ia sangat terharu. Ia mendekat dan bertanya
kepada nenek itu. Bima pun meminta izin kepada ayahnya agar nenek itu bisa
tinggal bersama mereka untuk sementara. Awalnya ayah Bima marah karena
permintaan Bima. Karena mereka juga orang yang miskin. Untuk memenuhi
kebutuhannya juga setengah-setengah. Setelah berpikir-pikir, ternyata ayah Bima
dengan senang hati menerima nenek tersebut.
1 minggu Bima hidup bersama nenek itu. Bima dan ayahnya sudah menganggap
nenek itu seperti keluarga sendiri dan memperlakukan dengan sangat baik. Bahkan
setelah kedatangan nenek itu, hidup Bima justru bertambah lebih baik. Nenek
yang diasuhnya itu, juga bekerja keras untuk menghidupi mereka bertiga. Bima
juga tak sungkan membantu nenek berjualan gorengan keliling kampung.
Suatu hari, nenek Bima mengeluh terasa sakit pada dadanya. Beliau merasa
bahwa ajal yang datang menjemputnya hampir dekat. Mendengar perkataan nenek,
Bima bertambah sedih. Ia dan ayahnya bekerja keras merawat nenek agar cepat
sembuh. Tetapi, mereka tidak bisa membawa nenek ke Rumah Sakit karena mereka
tidak mempunyai cukup uang.
Nahas, 2 minggu kemudian, nenek yang
mereka asuh meninggal dunia, karena terkena penyakit Asma. Bima dan ayahnya
merasa sangat sedih dan juga merasa berdosa kepada nenek karena mereka tidak
bisa merawat neneknya dengan baik. Mereka merawat nenek apa adanya yang mereka
punya.
1 bulan setelah nenek meninggal, ada seorang pasangan Pengusaha yang datang
ke rumahnya. Setelah ayahnya membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya duduk,
orang itu ingin bertemu dengan Bima. Kebetulan saat itu Bima sedang
membuatkannya minuman. Setelah Bima memberikan minuman itu, ia kaget bahwa
tamunya itu adalah Wali Kelasnya sendiri. Ia sangat malu dan sungkan, karena
baru kali ini ada Gurunya yang mau menjenguk ke rumahnya. Setelah Wali Kelasnya
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bima saat bersekolah, ayah Bima
menyadari semua dalam hidupnya. Beliau
hanya pasrah menerima apa yang anaknya derita dan beliau juga salut dengan
anaknya yang tak pernah mengeluh dengan kehidupannya saat ini.
Setelah jamuan selesai, Wali Kelas Bima yang kebetulan juga istri dari
pengusaha konglomerat, memberikannya hadiah sebuah rumah yang bagus lengkap
dengan peralatannya. Dan juga membiayai Bima selama ia sedang bersekolah sampai
jenjang yang lebih tinggi. Bima dan ayahnya sangat kaget mendengar ucapan dari
tamunya itu. mereka kemudian bersyukur kepada Tuhan dan tak lupa berterimakasih
kepada Wali Kelas Bima.
2 Bulan setelah kejadian itu, keluarga Bima dan Wali Kelas Bima saling
hidup membantu. Kini kehidupan Bima sangat baik dibandingkan 2 bulan
sebelumnya. Tak lupa, ia juga bekerja keras agar cita-citanya kelak bisa
tercapai. Teman-teman Bima yang selalu mengejeknya, sekarang tidak pernah lagi.
Mereka saling hidup rukun dan tidak ada saling ejek-mengejek diantara mereka.
10 tahun kemudian setelah ia menempuh pendidikan kedokteran, ia telah
menjadi Dokter spesialis. Ia medapatkan beasiswa untuk menjadi Dokter spesialis
di Australia. Sekarang, ia menjadi orang yang sukses karena kerjakersnya selama
ini. Ia mengingat pengorbanan ayahnya yang telah bekerjakeras untuk menghidupinya. Dan tak lupa ia bersyukur
kepada Tuhan yang telah mengabulkan do’a-do’anya selama ini dan kepada Wali
Kelasnya yang telah membagikan sebagian hartanya untuk kehidupannya dengan ayah
tercinta. Bima pun bangga kepada diri sendiri. Ia juga tidak akan mempunyai
sifat sombong kepada sesama. Jika ada yang membutuhkan bantuannya, ia selalu
membantunya dengan penuh rasa ikhlas. Ia teringat akan kehidupannya saat ia
susah dahulu.
Ia berharap dapat meringankan penderitaan orang-orang yang membutuhkan dan
tak lupa membalas budi kepada keluarga
walikelasnya yang telah membantunya saat ia kesusahan dulu .