Minggu, 13 November 2011

CERPEN


SATU   HARI   YANG   MENEGECEWAKAN

Hari ini adalah hari Jum’at yang merupakan hari berlegenda. Tanggal tepat menunjukkan angka 11-11-2011. Waktu menunjukkan pukul  04.30 pagi. Sita yang baru saja tebangun dari mimpi indahnya, kembali melanjutkan mimpi indahnya lagi. Ia merasa masih mengantuk untuk melakukan semua aktivitas pada hari itu. Setelah bangun kembali dari mimpi indahnya, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 05.20 pagi. Dengan cepat-cepat, ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya.
Pukul 06.35 ia baru tiba di sekolahnya, ternyata hari itu untuk 2 pelajaran pagi kosong. Seperti biasa, ia dan sahabat-sahabatnya membicaran tentang suatu hal yang menyangkut tentang rahasia antara mereka sambil menghafal lirik lagu yang akan ditampilkan untuk audisi pentas seni di sekolahnya. Bel pun berdering, pertanda jam ke 3 harus mereka jalani. Dengan malasnya Sita mendengarkan penjelasan dari gurunya. Ia lebih sering berbicara dengan teman sebangku dan teman depan bangkunya. Gurunya hanya bisa bersabar mendengarkan muridnya yang saling berbicara satu sama lain.
Tettt….tettt..tettt…
Bel tanda istirahat pun berdering.  Semua murid perempuan langsung berhamburan keluar kelasmenuju kamar mandi perempuan untuk berganti kaos Olahraga, sedangkan murid pria masih berada di dalam kelas untuk bergantai kaos Olahraganya pula. Hari itu materi Olahraga adalah tentang bola voli. Yang berhasil memasukkan bola voli melewati atas net mendapatkan nilai 8. Saat giliran Sita yang bermain, ia hanya mampu memasukkan 2 bola.  Itu berarti ia hanya mampu memperoleh nilai 7 untuk materi hari itu. Tak terasa waktu berolahraga pun usai, semua murid pun berhamburan untuk keluar kelas. Tak terkecuali Sita dan kawan-kawan.
Hari itu Sita dan 2 temannya, yaitu Bela dan Rita berencana ingin pergi ke rumah salah satu temannya yang bernama Lita. Ia pergi menggunakan angkutan umum. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke rumah Lita adalah ± 45 menit. 30 menit untuk naik angkutan, dan 15 menit digunakan untuk jalan kaki. Sesampainya di rumah Lita, tenyata di dalam hanya ada seekor anak kucing kesayangan si Lita yang bernama Dore. Bulunya berwarna hitam dan putih. Tetapi ternyata Sita dan Rita sangat takut dengan kucing. Untungnya, Lita dan Bela tidak memiliki rasa jail untuk menakut-nakuti kucingnya ke merea berdua. Tak lama setelah mereka makan siang di rumah Lita, Dina (salah satu teman sekolah mereka yang juga ingin pergi kerumah Lita) mengirim sebuah pesan bahwa ia berada didekat rumah Lita. Ia lupa jalan menuju rumah Lita. Dengan segera Sita dan Rita menjemputnya. Setelah semua berkumpul, Lita berencana mengajak mereka pergi  ke sawah dekat rumah Lita. Disana mereka menikmati pemandangan alam yang sangat indah dan berfoto-foto. Tetapi  tak lama kemudian saudara Bela meneleponnya agar cepat pulang. Semua kecewa karena Bela pulang lebih awal. Awalnya Lita tidak mau mengantar Bela mengambil tasnya di rumah. Tetapi karena penting, akhirnya Lita mengantarkannya. Sambil menunggu Lita kembali, Sita,dan Dina duduk di tepi teras-teras sawah menikmati pemandangan alam di sawah, sementara Rita ia berdiri sendiri di sawah. Entah apa yang ia perbuat disana. Setelah Lita kembali, mereka pergi kesebuah gubug yang ada di tengah sawah. Disana mereka membicarakan tentang teman sekelasnya. Mata Sita sedikit mengantuk. Angin yang berhembus dengan sejuk , serta alunan lagu Jepang dan celotehan ketiga temannya memaksanya untuk tidur . Akhirnya ia tertidur untuk beberapa menit  di dalam gubug. 2 jam mereka berada di gubug itu. Jam menunjukkan pukul 14.45, mereka semua beranjak dari gubug dan menuju ke rumah Lita. Sita dan Dina segera bersiap-siap untuk bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing. Sementara Rita masih berada di rumah Lita untuk menunggu jemputan dari ibunya, karena rumah mereka berdua tidak terlalu jauh.
Akhirnya Sita pulang bersama Dina dengan naik sepeda. Sita dibonceng depan dengan Dina. Akhirnya mereka berpisah dijalan karena jalan untuk menuju rumah Sita berbeda arah dengan rumah Dina. Setelah berjalan kaki ± 10 menit, Sita menemukan sebuah angkutan umum dan ia langsung naik. Sita turun di sebereng jalan gang rumahnya. Tak lupa ia membayar kepada supir angkutannya. Sesampainya di rumah, ternyata sepi. Tidak ada seorangpun didalam rumahnya. Ia pun pergi kedapur untuk mencari makanan. Saat ia ingin mengambil Handpone miliknya dikantong celana, ternyata Handponenya hilang. Ia pun menjadi panik. Ia berusaha mencari di jalan tempat dilaluinya setelah naik angkutan, ternyata tidak ada. Ia mencoba mencarinya sekali lagi sampai bertanya kepada penjual makanan di jalan raya, tetapi orang itu juga tidak mengetahuinya. Hatinya semakin bingung dan panik. Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat lagi. Ia menyesal atas kecerobohannya. Sampai di rumah, ia langsung berganti pakaian dan tidak berbica sepatah katapun. Ia merasa berdosa kepada kedua orangtuanya yang telah memberikan Handpone kepadanya.
Malam harinya, ibu Sita bertanya kepada Sita, apakah seharian tadi ayahnya mengirimkan pesan atau tidak, karena ayah Sita sedag berada di Luar Kota untuk pekerjaannya. Dengan jantung yang berdebar-debar ia berkata jujur kepada ibunya bahwa Handpone yang dimilikinya hilang. Saat mendengar penjelasan itu, ibu Sita marah besar akibat perbuatan Sita tersebut. Sita tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia hanya bisa diam mendengarkan omelan dari ibunya. Semua yang telah terjadi sebelumnya tidak bisa diputar kembali. Ia langsung menuju kamarnya untuk tidur malam sambil terus memikirkan kejadian yang telah terjadi. Ia berharap dengan waktu dekat, Handpone yang dimilikinya bisa kembali ketangannya lagi.





THANK'S FOR READING.