Rabu, 22 Agustus 2012

PENANTIAN




Di tengah dinginnya salju yang turun menyapaku
Ku diam termangu memikirkan sesuatu
Ku akan tetap menunggu kedatanganmu
Dan akan tetap mempertahankan posisiku
Duduk terpaku di tangga tower
Berjam-jam aku menunggu untuk kedatanganmu
Tak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya
Ku akan tetap bertahan sampai kau datang menemuiku
Dan mengucapkan  apa yang ingin kudengarkan
Namun, setelah kau datang menemuiku
Mengapa ???
Kau begitu kesal kepadaku, kau sangat marah padaku
Mengapa bukan aku yang harus marah kepadamu ?
Ku tertunduk dan bersabar mendengar ocehanmu
Tak akan kubalas ocehanmu dengan cabai yang pedas
Walaupun kau menyadari, kau lah yang bersalah
Ku tetap memaafkanmu dan menantimu
Menerima hatiku yang terbuka lebar untukmu

LENYAP




Hatimu putih seputih salju
Sifatmu melebihi lembutnya salju
Auramu selalu menyegarkan jiwaku
Senyummu membekukan hatiku
Mencairkan suasana yang kelam
Tapi, dimalam yang sangat gelap
Hatiku terasa senyap
Selalu aku beranggap
Kau telah pergi lenyap
Meninggalkanku terbang tanpa sayap
Ingin ku mengejarmu lebih jauh
Fikiranku selalu terbayang-bayang wajahmu
Anganku tak bisa lepas darimu
Hatiku hanyalah untukmu




Kesuksesan Bima


Disebuah perkampungan yang sangat kotor, tinggallah seorang anak laki-laki yang bernama Bima . Dia murid Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Dia hanya tinggal bersama ayahnya di gubuk yang sudah tak layak untuk ditempati. Ayahnya bekerja sebagai pedagang asongan di jalan raya. Ibu dan kakaknya telah meninggal dunia setelah bencana yang menimpa keluarganya 5 tahun yang lalu. Sebelumnya, mereka hidup sangat berkecukupan. Tapi, semua telah berubah sangat drastis. Sekarang, untuk membiayai sekolahnya ataupun makan sehari-hari terkadang cukup sulit.
Setiap pagi, ia harus berkeliling rumah untuk memberikan koran kepada pelanggan-pelanggannya. Setelah itu, baru dia berangkat ke sekolahnya. Dia harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah yang berjarak 1 km. Tak jarang ia selalu terlambat masuk kelas, sehingga dia harus menerima hukuman dari guru piket.Bima termasuk anak pintar di sekolahnya. Tetapi, Bima juga sering diejek teman-temannya karena ayahnya hanya seorang pedagang asongan. Bima hanya pasrah menerima kehidupannya sekarang dan sedikitpun tidak marah kepada teman-temannya. Dia tetap rajin belajar, agar cita-citanya untuk menjadi seorang Dokter Spesialis  kelak bisa tercapai. Setelah pulang sekolah, ia juga harus bekerja kembali membantu ayahnya berjualan sampai sore. Wali Kelas Bima yang melihat Bima selalu diejek oleh teman-temannya, merasa iba. Rasanya beliau ingin membantu Bima, tapi Bima selalu menolak apa yang akan diberikannya. Bima hanya tidak ingin merepotkan gurunya hanya karena kasihan melihat ia diejek teman-temannya. Dan ia tidak pernah bercerita kepada ayahnya, bahwa setiap hari ia selalu diejek di sekolah.
Suatu hari saat ia membantu ayahnya berjualan, ia melihat seorang nenek tua yang sedang merintih kelaparan. Ia sangat terharu. Ia mendekat dan bertanya kepada nenek itu. Bima pun meminta izin kepada ayahnya agar nenek itu bisa tinggal bersama mereka untuk sementara. Awalnya ayah Bima marah karena permintaan Bima. Karena mereka juga orang yang miskin. Untuk memenuhi kebutuhannya juga setengah-setengah. Setelah berpikir-pikir, ternyata ayah Bima dengan senang hati menerima nenek tersebut.
1 minggu Bima hidup bersama nenek itu. Bima dan ayahnya sudah menganggap nenek itu seperti keluarga sendiri dan memperlakukan dengan sangat baik. Bahkan setelah kedatangan nenek itu, hidup Bima justru bertambah lebih baik. Nenek yang diasuhnya itu, juga bekerja keras untuk menghidupi mereka bertiga. Bima juga tak sungkan membantu nenek berjualan gorengan keliling kampung.
Suatu hari, nenek Bima mengeluh terasa sakit pada dadanya. Beliau merasa bahwa ajal yang datang menjemputnya hampir dekat. Mendengar perkataan nenek, Bima bertambah sedih. Ia dan ayahnya bekerja keras merawat nenek agar cepat sembuh. Tetapi, mereka tidak bisa membawa nenek ke Rumah Sakit karena mereka tidak mempunyai cukup uang.
 Nahas, 2 minggu kemudian, nenek yang mereka asuh meninggal dunia, karena terkena penyakit Asma. Bima dan ayahnya merasa sangat sedih dan juga merasa berdosa kepada nenek karena mereka tidak bisa merawat neneknya dengan baik. Mereka merawat nenek apa adanya yang mereka punya.
1 bulan setelah nenek meninggal, ada seorang pasangan Pengusaha yang datang ke rumahnya. Setelah ayahnya membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya duduk, orang itu ingin bertemu dengan Bima. Kebetulan saat itu Bima sedang membuatkannya minuman. Setelah Bima memberikan minuman itu, ia kaget bahwa tamunya itu adalah Wali Kelasnya sendiri. Ia sangat malu dan sungkan, karena baru kali ini ada Gurunya yang mau menjenguk ke rumahnya. Setelah Wali Kelasnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bima saat bersekolah, ayah Bima menyadari semua dalam hidupnya.  Beliau hanya pasrah menerima apa yang anaknya derita dan beliau juga salut dengan anaknya yang tak pernah mengeluh dengan kehidupannya saat ini.
Setelah jamuan selesai, Wali Kelas Bima yang kebetulan juga istri dari pengusaha konglomerat, memberikannya hadiah sebuah rumah yang bagus lengkap dengan peralatannya. Dan juga membiayai Bima selama ia sedang bersekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Bima dan ayahnya sangat kaget mendengar ucapan dari tamunya itu. mereka kemudian bersyukur kepada Tuhan dan tak lupa berterimakasih kepada Wali Kelas Bima.
2 Bulan setelah kejadian itu, keluarga Bima dan Wali Kelas Bima saling hidup membantu. Kini kehidupan Bima sangat baik dibandingkan 2 bulan sebelumnya. Tak lupa, ia juga bekerja keras agar cita-citanya kelak bisa tercapai. Teman-teman Bima yang selalu mengejeknya, sekarang tidak pernah lagi. Mereka saling hidup rukun dan tidak ada saling ejek-mengejek diantara mereka.
10 tahun kemudian setelah ia menempuh pendidikan kedokteran, ia telah menjadi Dokter spesialis. Ia medapatkan beasiswa untuk menjadi Dokter spesialis di Australia. Sekarang, ia menjadi orang yang sukses karena kerjakersnya selama ini. Ia mengingat pengorbanan ayahnya yang telah bekerjakeras untuk  menghidupinya. Dan tak lupa ia bersyukur kepada Tuhan yang telah mengabulkan do’a-do’anya selama ini dan kepada Wali Kelasnya yang telah membagikan sebagian hartanya untuk kehidupannya dengan ayah tercinta. Bima pun bangga kepada diri sendiri. Ia juga tidak akan mempunyai sifat sombong kepada sesama. Jika ada yang membutuhkan bantuannya, ia selalu membantunya dengan penuh rasa ikhlas. Ia teringat akan kehidupannya saat ia susah dahulu.
Ia berharap dapat meringankan penderitaan orang-orang yang membutuhkan dan tak lupa  membalas budi kepada keluarga walikelasnya yang telah membantunya saat ia kesusahan dulu .

Selasa, 20 Maret 2012

Minggu, 13 November 2011

CERPEN


SATU   HARI   YANG   MENEGECEWAKAN

Hari ini adalah hari Jum’at yang merupakan hari berlegenda. Tanggal tepat menunjukkan angka 11-11-2011. Waktu menunjukkan pukul  04.30 pagi. Sita yang baru saja tebangun dari mimpi indahnya, kembali melanjutkan mimpi indahnya lagi. Ia merasa masih mengantuk untuk melakukan semua aktivitas pada hari itu. Setelah bangun kembali dari mimpi indahnya, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 05.20 pagi. Dengan cepat-cepat, ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya.
Pukul 06.35 ia baru tiba di sekolahnya, ternyata hari itu untuk 2 pelajaran pagi kosong. Seperti biasa, ia dan sahabat-sahabatnya membicaran tentang suatu hal yang menyangkut tentang rahasia antara mereka sambil menghafal lirik lagu yang akan ditampilkan untuk audisi pentas seni di sekolahnya. Bel pun berdering, pertanda jam ke 3 harus mereka jalani. Dengan malasnya Sita mendengarkan penjelasan dari gurunya. Ia lebih sering berbicara dengan teman sebangku dan teman depan bangkunya. Gurunya hanya bisa bersabar mendengarkan muridnya yang saling berbicara satu sama lain.
Tettt….tettt..tettt…
Bel tanda istirahat pun berdering.  Semua murid perempuan langsung berhamburan keluar kelasmenuju kamar mandi perempuan untuk berganti kaos Olahraga, sedangkan murid pria masih berada di dalam kelas untuk bergantai kaos Olahraganya pula. Hari itu materi Olahraga adalah tentang bola voli. Yang berhasil memasukkan bola voli melewati atas net mendapatkan nilai 8. Saat giliran Sita yang bermain, ia hanya mampu memasukkan 2 bola.  Itu berarti ia hanya mampu memperoleh nilai 7 untuk materi hari itu. Tak terasa waktu berolahraga pun usai, semua murid pun berhamburan untuk keluar kelas. Tak terkecuali Sita dan kawan-kawan.
Hari itu Sita dan 2 temannya, yaitu Bela dan Rita berencana ingin pergi ke rumah salah satu temannya yang bernama Lita. Ia pergi menggunakan angkutan umum. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke rumah Lita adalah ± 45 menit. 30 menit untuk naik angkutan, dan 15 menit digunakan untuk jalan kaki. Sesampainya di rumah Lita, tenyata di dalam hanya ada seekor anak kucing kesayangan si Lita yang bernama Dore. Bulunya berwarna hitam dan putih. Tetapi ternyata Sita dan Rita sangat takut dengan kucing. Untungnya, Lita dan Bela tidak memiliki rasa jail untuk menakut-nakuti kucingnya ke merea berdua. Tak lama setelah mereka makan siang di rumah Lita, Dina (salah satu teman sekolah mereka yang juga ingin pergi kerumah Lita) mengirim sebuah pesan bahwa ia berada didekat rumah Lita. Ia lupa jalan menuju rumah Lita. Dengan segera Sita dan Rita menjemputnya. Setelah semua berkumpul, Lita berencana mengajak mereka pergi  ke sawah dekat rumah Lita. Disana mereka menikmati pemandangan alam yang sangat indah dan berfoto-foto. Tetapi  tak lama kemudian saudara Bela meneleponnya agar cepat pulang. Semua kecewa karena Bela pulang lebih awal. Awalnya Lita tidak mau mengantar Bela mengambil tasnya di rumah. Tetapi karena penting, akhirnya Lita mengantarkannya. Sambil menunggu Lita kembali, Sita,dan Dina duduk di tepi teras-teras sawah menikmati pemandangan alam di sawah, sementara Rita ia berdiri sendiri di sawah. Entah apa yang ia perbuat disana. Setelah Lita kembali, mereka pergi kesebuah gubug yang ada di tengah sawah. Disana mereka membicarakan tentang teman sekelasnya. Mata Sita sedikit mengantuk. Angin yang berhembus dengan sejuk , serta alunan lagu Jepang dan celotehan ketiga temannya memaksanya untuk tidur . Akhirnya ia tertidur untuk beberapa menit  di dalam gubug. 2 jam mereka berada di gubug itu. Jam menunjukkan pukul 14.45, mereka semua beranjak dari gubug dan menuju ke rumah Lita. Sita dan Dina segera bersiap-siap untuk bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing. Sementara Rita masih berada di rumah Lita untuk menunggu jemputan dari ibunya, karena rumah mereka berdua tidak terlalu jauh.
Akhirnya Sita pulang bersama Dina dengan naik sepeda. Sita dibonceng depan dengan Dina. Akhirnya mereka berpisah dijalan karena jalan untuk menuju rumah Sita berbeda arah dengan rumah Dina. Setelah berjalan kaki ± 10 menit, Sita menemukan sebuah angkutan umum dan ia langsung naik. Sita turun di sebereng jalan gang rumahnya. Tak lupa ia membayar kepada supir angkutannya. Sesampainya di rumah, ternyata sepi. Tidak ada seorangpun didalam rumahnya. Ia pun pergi kedapur untuk mencari makanan. Saat ia ingin mengambil Handpone miliknya dikantong celana, ternyata Handponenya hilang. Ia pun menjadi panik. Ia berusaha mencari di jalan tempat dilaluinya setelah naik angkutan, ternyata tidak ada. Ia mencoba mencarinya sekali lagi sampai bertanya kepada penjual makanan di jalan raya, tetapi orang itu juga tidak mengetahuinya. Hatinya semakin bingung dan panik. Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat lagi. Ia menyesal atas kecerobohannya. Sampai di rumah, ia langsung berganti pakaian dan tidak berbica sepatah katapun. Ia merasa berdosa kepada kedua orangtuanya yang telah memberikan Handpone kepadanya.
Malam harinya, ibu Sita bertanya kepada Sita, apakah seharian tadi ayahnya mengirimkan pesan atau tidak, karena ayah Sita sedag berada di Luar Kota untuk pekerjaannya. Dengan jantung yang berdebar-debar ia berkata jujur kepada ibunya bahwa Handpone yang dimilikinya hilang. Saat mendengar penjelasan itu, ibu Sita marah besar akibat perbuatan Sita tersebut. Sita tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia hanya bisa diam mendengarkan omelan dari ibunya. Semua yang telah terjadi sebelumnya tidak bisa diputar kembali. Ia langsung menuju kamarnya untuk tidur malam sambil terus memikirkan kejadian yang telah terjadi. Ia berharap dengan waktu dekat, Handpone yang dimilikinya bisa kembali ketangannya lagi.





THANK'S FOR READING.